Minggu, 01 Mei 2011

MEMBERIKAN ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II


Definisi
Yang dimaksud dengan kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga di sebut sebagai kala pengeluaran bayi. ( Depkes RI 2001)
Asuhan pada ibu bersalin yaitu asuhan yang dibutuhkan ibu saat persalinan. ( Azrul 2007 ).
Kala II persalinan adalah kala pengeluaran, dimulai saat serviks telah membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi lahir. Maendurasi kala II pada persalinan spontan tanpa komplikasi adalah sekitar 40 menit pada primi – gravida dan 15 menit pada multipara. Bayi yang gagal lahir dalam batas waktu ini tidak harus mengindikasikan persalinan operatif, tetapi tentunya memerlukan penilaian ulang situasi dalam hal posisi dan atau  ukuran bayi dalam hubungannya dengan panggul. Pada wanita  dengan blok epidural yang efektif, kepala bayi sering kali tampak terletak rendah di dalam panggul, pada perineum, tetapi tidak dapat maju lebih lanjut karena keinginan ibu untuk mendorong telah melemah. ( Atlas Kebidanan ). Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.
Fase – fase dalam Persalinan
Fase pelvik adalah bagian persalinan saat pembukaan serviks lengkap sudah tercapai dan gerakan – gerakan utama bagian terendah janin di dalam rongga pangggul di mulai. Peristiwa ini terjadi bersamaan dengan akhir kala I dan berlanjut pada kala II.
Friedman mengemukakan 3 fase persalinan fisiologis : persiapan, dilatasi, dan pelvic. Fase – fase ini jangan dikacaukan dengan kala I, II, dan III persalinan. Klasifikasi yang disebutkan terakhir ini didasarkan pada hasil pasti : dilatasi serviks lengkap, pelahiran bayi, dan pelahiran plasenta serta selaput ketuban. Pada pelahiran normal, janin melintas melalui jalan lahir dengan gerakan spiral yang mengarah ke kaudal, di dorong oleh tekanan kontraksi uterus yang memaksimalkan sikap fleksi janin. Kepala janin memasuki rongga panggul pada diameter tranversa atau salah satu diameter objik pintu atas pangggul, pada yang terakhir ini, oksiput dapat terletak anterior dan posterior.
Tanda-tanda bahwa kala 2 persalinan sudah dekat
  • Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)
  • Perineum menonjol (perjol)
  • Vulva vagina membuka (vulka)
  • Adanya tekanan pada spincter anus (teknus)
  • Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
  • Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
  • Kepala telah turun didasar panggul
  • Ibu kemungkinan ingin buang air besar
Diagnosis Pasti
  • Telah terjadi pembukaan lengkap
  • Tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kala II :
Pemantauan Ibu
  • Periksa nadi ibu setiap 30 menit
  • Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
  • Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu secara langsung sekaligus dengan melakukan palpasi
  • Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu
  • Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
  • Upaya meneran ibu
  • Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala
  • Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir
  • Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir
Pemantauan janin
1.      Saat bayi belum lahir
  • Lakukan pemeriksaan DJJ setiap selesai menera atau setiap 5-10  menit
  • Amati warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah
  • Periksa kondisi kepala, vertex, caput, molding

2.      Saat bayi lahir
  • Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan menjawab 2 pertanyaan, apakah bayi menangis kuat dan atau tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif atau lemas.

B.     PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA II PERSALINAN
1.      Kontraksi Uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel – sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ), regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus di perhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60 – 90 detik, kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam, interfal antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2.      Perubahan – perubahan Uterus
Keadaan Seggmen Atas Rahim ( SAR ) dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ). Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif ( berkontraksi ) dan dindingnya bertambah tebal debgan majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yan sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan ( disebabkan karena regangan ), dengan kata lain SBR dan serviks menngadakan relaksasi dan dilatasi.
3.      Perubahan pada Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segneb Bawah Rahim ( SBR ), dan serviks.
4.      Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding – dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
5.      Perubahan Fisik Lain yan Mengalami Perubahan
1)      Perubahan Sistem Reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot fisiologisyang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesterone menurun kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi utrus mula – mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring kemajuan persalinan.
2)      Perubahan Tekanan Darah
Tekanan drah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg. Pada waktu – waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
3)      Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidratt meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktifitas otot. Peningkatan aktifitas metabolic telihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut jantung dan cairan yang hilang.
4)      Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu di anggap normalbila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 – 1o C yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
5)      Perubahan Denyut Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantarakontraksi dan peningkatan selamafase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan telentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat disbanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
6)      Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventelasi yang menunjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis ( rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing ).
7)      Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi kurangjelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama persalinan.
8)      Perubahan pada Saluran Cerna
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu penosongan lambungg menjadi lebih lama. Cairan tidak di pengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Lambung yan penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa tansisi. Oleh karena itu, wanita harus di anjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbulguna mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadiselama fase transisiyang menandai akhir fase pertama persalinan.
9)      Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1,2 gr / 100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan. ( Varney, 22008 ).
6.      Perubahan Psikologis pada ibu Bersalin
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang di terima wanita darri pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberiperawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada dan apakah bayi yang di kandungnya merupakan bayi yang di inginkan atau tidak.
Dukungan yang di terima atau tidak di terimaoleh seorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologinya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul secaraberkelanjutan. ( Varney, 1997 ).

C.    ASUHAN SAYANG IBU DAN POSISI MENERAN
1.      Asuhan Sayang Ibu
Masih banyak ibu – ibu dalam masyarakat di Indonesia yang lebih menyukai melahirkan dengan pertolongan dukun. Salah satu alasannya adalah karena dukun dapat memberikan dukungan emosi dengan menghormati adap istiadat serta kebiasaan dan melibatkan keluarga. Sebagai bidan, kita seharusnya juga dapat memberikan asuhan yang menghormati adat istiadat, kebutuhan social dan emosional, dan juga kebutuhan fisik ibu.
Pengertian asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu ( Depkes RI 2007 ). Asuhan sayang ibu juga dengan memberikan asuhan yang aman, berdasarkan temuan dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu.
Asuhan sayang ibu membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan, yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan ( apabila kebiasaan tersebut aman ), dan melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. Asuhan sayang ibu melindungi hak – hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan hanyaa seperlunya.
Wanita yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih pendek, intervensi medis yang lebih sedikit, seperti misalnya operasi Caesar dan hasil persalinan yang baik.
Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan da kelahiran. Penting untuk mengikutsertakan suami, ibunya atau siapapun yang di minta ibu untuk mendampinginya, saat ia membutuhkan perhatian dan dukungan.
Alasan : Dukungan dari atau pendamping selama persalinan berkaitan dengan hasil persalinan yang lebih baik ( enkin, et al, 2000).
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan sayang ibu. Mereka dapat membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan pijatan, memberikan makanan dan minuman, berbcara dengan ibu serta memberikan semangat selama persalinan dan kelahiran bayinya.
Berikan dukungan dan semangat  pada ibu dan anggota keluarganya. Jelaskan proses kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarganya.
Tentramkan hati ibu selama kala II persalinan. Berikan bimbingan dan bantuan jika memang di perlukan.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
Alasan : ibu akan mudah mengalami dehidrasi selama persalinan dan kelahiran. Untuk mempertahankan kondisi yang optimal pada ibu dan bayinya, pastikan agar ibu mendapat cukup asupan cairan. ( Enkin, et al, 2000 ).
Kadang – kadang kala II persalinan menimbulkan rasa khawatir pada ibu. Berikan rasa aman, semangat dan tentramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung. Dukungan tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu kelancaran proses persalinan dan kenyamanan proses kelahiran bayi. Jelaskan setiap tindakan kepada ibu sebelum melkukannya, jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu, jelaskan apa yang terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan – alasan tentang tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan yang telah dilakukan ( misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam ).
2.      Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
a.       Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
b.      Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
c.       Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
d.      Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
e.       Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

3.      Ada 10 Langkah Asuhan Sayang Ibu
a.       Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.
b.      Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.
c.       Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.
d.      Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.
e.       Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.
f.       Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik.
g.      Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan.
h.      Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
i.        Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
j.        Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

4.      Prinsip Umum Sayang Ibu
a.         Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
b.        Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi.
c.         Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
d.        Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
e.         Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
f.         Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
g.        Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
h.        Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
i.          Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
j.          Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.
k.        Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
5.      Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan Antara Lain
a.          Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
b.         Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
c.          Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
d.         Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar