1. Pengertian
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara dini.
2. Tujuan
Untuk mengetahui penyimpangan -penyimpangan yang terjadi pada kehamilan ibu secara dini.
3. Deteksi Dini dalam Kehamilan
Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memada i sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah. Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster -poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih
memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri
kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan
dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat
memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan ibu menurut MNH (Maternal and Neonatal Health Program) :
memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri
kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan
dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat
memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan ibu menurut MNH (Maternal and Neonatal Health Program) :
a. Memilih tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil.
b. Mengenali persalinan yang normal dan memahami persiapan menghadapi
persalinan.
persalinan.
c. Mengenali tanda-tanda bahaya dan melaksanakan persiapan menghadapi
komplikasi.
komplikasi.
d. Mengetahui sistem transportasi, tahu ke mana harus pergi bila terjadi
keadaan darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga.
keadaan darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga.
e. Memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. (Santi,
2001).
2001).
Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi
kehamilan :
kehamilan :
a. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b. Dengan mendapat imunisasi TT 2x.
c. Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih seringdan lebih intensif.
d. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya
komplikasi kehamilan :
komplikasi kehamilan :
a. Dengan mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini.
b. Segera Posyandu, Puskesmas, atau Rumah Sakit terdekat bila ditemukan tanda-tanda bahaya kehamilan tersebut (Soenardi, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap
komplikasi kehamilan:
komplikasi kehamilan:
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan.
b. Informasi
Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat.
c. Budaya
Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
d. Sosial Ekonomi
Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
4. Akibat yang akan terjadi
Pengenalan kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan harus secara dini dan ditangani dengan benar. Tiap tanda bahaya kehamilan biasa mengakibatkan komplikasi (Rochjati, 2003). Akibat yang dapat terjadi bila ibu tidak dapat mengenali tanda bahaya kehamilan secara dini dan upaya deteksi dini yang dilakukan ibu kurang, maka akan terjadi komplikasi yang lebih lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi. Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama yang sama yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dan abortus. Banyak kematian neonatal merupakan akibat langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk (WHO, 2004).
5. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah keadaan patologis yang erat kaitannya dengan kematian ibu atau janin.
a. Komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan :
1). Hiperemesis Gravidarum
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primi gravida dan 40-60 % multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.
2). Pre-eklampsia/eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya tibul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda pre eklampsia. Pada wanita yang eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya ekslampsia didahului oleh pre eklampsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda -tanda oedeme (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka., tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari laboratorium (Rochjati, 2003). Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat (Manuaba, 1998).
3). Kelainan dalam lamanya kehamilan
· Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan.
Ø Abortus spontan, abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Ø Abortus buatan, terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (abortus provokatus).
Ø Abortus infeksius, abortus yang disertai komplikasi infeksi. Penanganan dengan pengosongan uterus.
Ø Missed abortion, perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Penanganannya dengan tindakan dilatasi.
Tanda dan Penanganan Abortus Sesuai Jenisnya
|
· Persalinan Preterm
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dapat dicegah karena dampak yang negatif. Dampak negatif tidak saja terhadap kematian perinatal tetapi juga terhadap morbiditas, potensi generasi akan dating, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan. Indonesia telah bertekad dalam sasaran kesehatan nasional untuk menurunkan factor berat lahir rendah ini, yang bila berhasil akan mempengaruhi angka kematian perinatal. Masih ironi kiranya, bahwa pengetahuan kita mengenai penyebab persalinan preterm ternyata masih terbatas.
· Kehamilan Lewat Waktu
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode di mana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10 %, bervariasi antara 3,5 – 14 %. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia kehamilan. Di samping itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10 % lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus Naegele, tetapi selain pengaruh faktor di atas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan. Sebaliknya Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu ysng tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek.
Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu ialah meningkatnya risiko kematian dan kesakitan perinatal. Risiko kematian perinatl kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm. Di samping itu ada pula komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan postpartum.
4). Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium, serviks dan tuba fallopi. Tanda dan gejalanya adalah HCG positif, amenorea, perdarahan vagina, nyeri abdomen bagian bawah, pucat/ anemi, kesadaran menurun dan lemah, syok hipovolemik, nyeri goyang porsio dan perut kembung. Penanganannya dilakukan stabilisasi dengan merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid dan tindakan operation.
5). Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin
· Penyakit Trofoblas
Yang disebut penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Trophoblastic Disease.
- Mola hidatidosa
Yang dimaksud dengan mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut Mola parsialis atau Partial mole. Menurut Vassilakos, Complete mole dan Partial mole merupakan keasatuan yang berbeda, antara keduanya ada perbedaan klinik, histopatologik, sitogenetik maupun prognostik.
Secara mikroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah : edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel trofoblas, sedangkan gambaran sitogenetiknya pada umumnya berupa xx 46.
- Mola parsialis
Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama tetapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau aterm.
Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begiru berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak villi yang normal. Umumnya mola parsialis mempunyai kariotipe triploid. Pada perkembangan selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi ganas. Bila ada mola yang disertai janin kejadiannya ada dua kemungkinan. Pertama kehamilan kembar, di mana satu janin tumbuh normal dan hasil konsepsi yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Kedua, hamil tunggal yang berupa mola parsialis.
- Koriokarsinoma villosum = innasive mole
Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih rendah. Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Sel-sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat pula masuk ke dalam vena seperti vena uterine dan terus ke vena iliaka interna. Walaupun secara lokal mempunyai daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastatis. Invensive mole selalu berasal dari mola hidatidosa. Nama lain adalah ,ola destruens.
-Kariokarsinoma non villosum = Kariokarsinoma
Penyakit ini merupakan jenis yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3 %) tetapi dapat pula didahului abortus atau persalinan biasa, masing-masing 7,6 %.
Tumbuhnya sangat cepat dan sering menyebabkan metastatis ke organ-organ lain, seperti paru-paru, vulva, vagina, hepar dan otak. Bila tidak diobati biasanya pasien meninggal dalam satu tahun. Martaadisoebrata menemukan 59 kasus dari 135 (43,7 %) yang disertai metastatis. Yang terbanyak di paru-paru (31,1 %) . Ada satu tempat metastatis yang tidak lazim ditemukan yaitu di m. gluteus maksimus.
Bila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya kariokarsinoma mempunyai sifat berbeda, misalnya ; 1) koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat di ukur, yaitu jarak waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan; 2) sering menyerang wanita muda; 3) dapat tumbuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan pengobatan sitostatika; 4) dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.
-Kariokarsinoma klinik
Pada umumnya, setelah dilakukan pengeluaran jaringan, penderita mola akan sehat kembali. Sel-sel trofoblas yang msih tersisa akan diresopsi oleh badan. Tidak adanya sel-sel trofoblas yang aktif ternyata pada kadar hormon HCG yang makin lama makin menurun sampai akhirnya normal kembali. Dikatakan normal bila kadar HCG sudah di bawah 10mIU/ml dan hal ioni biasanya tercapai dalam 2 minggu setelah evakuasi jaringan mola. Bila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar HCG turun lambat, apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai penyakit trofoblas ganas. Oleh karena hal ini berarti ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi di uterus atau tempat lain (metastatis) dan menghasilkan HCG. Jadi di sini diagnosis keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh tingginya kadar HCG dan adanya metastatis. Penentuan adanya keganasan dengan cara ini berbeda dari satu klinik ke klinik lainnya. Ada yang menganggap ganas, bila dua minggu setelah mola hidatidosa kadar HCG tetap tinggi, atau 6 minggu stelah mola hidatidosa reaksi Galli Maini tanpa pengenceran masih positif. Nama lain yang digunakan untuk jenis penyakit ialah Persistent Trophoblastic Disease atau Malignant Trophoblastic Disease with or without metastatis.
Pada saat sekarang diagnosis kariokarsinoma klinik lebih diutamakan, karena dengan cara ini kita dapat menghindarkan operasi dan mempertahankan fungsi reproduksi. Syaratnya adalah pemantauan yang baik setelah mola hidatidosa.
· Kelainan pada amnion
-Hidramnion
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban ½ -1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya, yang menyebabkan keluhan –keluhan sebagai berikut:
1. Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas.
2. Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban 2 liter.
3. Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai
.
-Oligohidramnion
Pada keadaan tertentu banyaknya air ketuban berkurang dari normal. Bila sampai kurang dari 500cc disebut oligohidramnion. Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan. Sebabnya belum diketahui, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenesis janin. Kalau terjadi pada kehamilan muda kan menyebabkan gangguan bagi pertumbuhan janin, seperti deformitas dan amputasi ekstremitas. Uterus tampaknya lebih kecil, dan detak jantung sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas. Karena kurangnya cairan maka pergerakan anak akan menyulitkan si ibu. Prognosis oligohidramnion tidak begitu baik terutama untuk janin.
6). Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasil itas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi (Rochjati, 2003).
a. Plasenta Previa
Adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi ostium uteri internal. Tanda dan gejalanya adalah perdarahan tanpa nyeri atau perdarahan dengan awitan mendadak. Penanganannya adalah dengan terapi pasif yaitu jangan melakukan periksa dalam, lakukan USG, evaluasi kesejahteraan janin, rawat inap/ tirah baring atau terapi aktif dengan mengakhiri kehamilan
b. Solusio Plasenta
Adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari pelekatannya sebelum janin lahir, terjadi pada umur kehamilan diatas 22 minggu atau berat janin 500 gram. Tanda dan gejalanya adalah uterus seperti papan, nyeri abdomen yang hebat dan tidak dapat tertahankan, nyeri punggung, kolik, kontraksi hipertonik, nyeri tekan pada uterus, DJJ dapat normal/ tidak normal, gerakan janin tidak stabil, perdarahan tersembunyi dan syok. Penanganannya adalah atasi syok dan anemia, tindakan operatif (SC atau partus pervaginam).
7). Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.
b. Deteksi Sini Tanda Bahaya Kehamilan meliputi:
1). Perdarahan pervaginam
Pengertian
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Penanganan Umum
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan.(Saifuddin,2002 : 18-19).
Macam–macam perdarahan pervaginam :
a.Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai.
Macam–macam abortus
· Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya: lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)
· Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
· Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
· Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
· Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
· Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
· Abortus imminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika: perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
· Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar, 1998 : 211–212)
b. Kehamilan Mola
Suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korealis disertai dengan degenerasi hidropik. Tandanya adanya perdarahan, besar uterus tidak sesuai umur kehamilan, tidak ada tanda pasti hamil, keluar jaringan mola, kadar HCG positif, muka dan badan pucat kekuningan dan saat USG ada gambaran seperti badai salju. Penanganannya adalah evakuasi mola secepatnya dan periksa ulang secara teratur.
Penanganan umum: jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).(Saifudin,2002:17)
2). Mual Muntah Berlebihan
Pengertian
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono, 2005: 275)
Penanganan Umum
Mual muntah dapat diatasi dengan:
1. Makan sedikit tapi sering
2. Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
3. Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
4. Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
5. Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan lain.
6. Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual
7. Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
Makasih bXk artikelX.
BalasHapusSangat mbntu adik saya yg lgi puX tgas dan berhubungan dgn artikel ini.